Jumat, 11 Februari 2011

Kepemimpinan

,

Polemik Kepemimpinan.

Hari ini adalah era organisasi.seperti telah dijelaskan terdahulu bahwa suatu organisasi eksis dalam ruang yang tidak kosong, tetapi dipengaruhi lingkungannya. Dalam perjalanan waktu, organisasi akan selalu menghadapi lingkungan yang terus berubah. Tidak ada yang kekal di dunia ini kecuali perubahan. Perubahan terjadi karena perkembangan budaya manusia itu sendiri. Manusia dengan kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan dan menciptakan teknologi untuk membantu kehidupannya. Dengan demikian ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi organisasi, maka para pengelola (pemimpin) organisasi harus mampu mengadakan penyesuaian, atau dibutuhkan pemimpin yang mampu mengelola perubahan Kaderisasi bisa dijalankan dengan cara barat(jalan liberal) atau dengan cara jepang dengan mengedepankan senioritas dan pengalaman ataupun mengkombinasi keduanya

Pengalaman Indonesia menuju negara demokrasi amat menarik untuk diikuti. Sebagai bangsa terjajah ratusan tahun lamanya, budaya penjajah dan lokal berinteraksi mewarnai pola kehidupan bangsa ini. Kondisi ini sangat mempengaruhi kaderisasi pemimpin di Indonesia. Sejak kemerdekaan, seolah pemimpin di Indonesia muncul karena kehendak sejarah. Mereka menjadi pemimpin karena dilahirkan untuk menjadi pemimpin.

Setelah Orde Baru tumbang, lahir Orde Reformasi. Kaderisasi pemimpin mulai kelihatan melalui mekanisme kepartaian dikombinasikan sistem paternalistik. Kaderisasi di dalam organisasi privat sampai saat ini tidak jelas. Selain organisasi privat masih banyak berbentuk organisasi keluarga, yang kurang berpikir demi kepentingan nasional. Jika organisasi bisnis telah menjadi milik publik, biasanya yang memegang tampuk pimpinan adalah pemegang saham terbesar. Atau jika pemegang saham terbesar adalah pemerintah, maka pemerintahlah yang mempunyai peran besar dalam menetapkan pemimpin perusahaan dimaksud.

Di dalam birokrasi, usaha pemerintah untuk merevitalisasi birokrasi penguasa menjadi pelayan belum menunjukkan hasil. Para birokrat masih melakukan manajemen irasional, yang lebih menekankan emosi, suka dan tidak suka, bersifat dan bertindak sebagai penguasa, serta kurang profesional dalam bidang tugasnya. Manajemen birokrasi yang dilakukan di Indonesia masih merupakan gado-gado, meniru Barat tidak, meniru Jepang juga tidak. Kata para ahli organisasi dan manajemen, manajemen Indonesia masih mencari bentuk setelah sekian lama terbelenggu dalam pemerintahan yang sentralistik dengan kesan diktator.

Di era reformasi, di mana daerah mempunyai kebebasan yang besar untuk menentukan pembangunan daerahnya termasuk pengangkatan pemimpinnya, terdapat kecenderungan primordialisme mulai digunakan untuk mendasari segala kebijakan yang ditempuh. Hal ini disebabkan pemahaman terhadap reformasi yang keliru, dilanggarnya rambu-rambu otonomi, dan salah satu penyebabnya adalah tidak dipersiapkannya secara matang kader yang akan memimpin suatu wilayah. Pada umumnya pemimpin (terutama pemimpin politik atau yang berkaitan dengan kekuasaan) pada era otonomi banyak melakukan persaingan yang tidak jujur, money politics (Ismawan, 1999), sehingga menghasilkan pemimpin yang tidak layak, tidak berkualitas untuk menjadi motivator dan dinamisator bagi rakyat atau bawahannya.

pemimpin organisasi. Pengkaderan dan penggantian adalah sesuatu yang wajar dan alami sehingga jika terjadi pergantian pemimpin dapat berjalan dengan lancar dan tidak perlu terjadi guncangan dalam organisasi. Pengkaderan pemimpin hendaknya dimulai sedini mungkin, sehingga siapa pun yang menduduki pemimpin dapat meneruskan tongkat komando kepemimpinan organisasi

mempersiapkan calon-calon pemimpin suatu organisasi untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

Adapun pengertian kaderisasi adalah proses mempersiapkan calon-calon pemimpin suatu organisasi untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang. Tujuan kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon pemimpin demi kesinambungan organisasi, sehingga jika terjadi pergantian pemimpin dapat berjalan mulus karena sudah dipersiapkan. Dengan demikian pengangkatan seorang pemimpin sebaiknya melalui proses kaderisasi. Dengan adanya kaderisasi, diharapkan organisasi akan bertahan dalam waktu cukup lama, tidak bersifat ad-hoc dalam mengemban visi dan melaksanakan misinya. Pepatah Belanda mengatakan on mis baar, yang kalau diterjemahkan secara bebas berarti tidak ada di dunia ini atau organisasi apapun yang tidak tergantikan.

Pada saatnya seorang pemimpin secara alamiah atau sebab lain pasti akan turun dan digantikan oleh yang lain. Apalagi bagi pemimpin oganisasi modern, yang anggotanya terdiri dari manusia-manusia yang mempunyai pemikiran rasional, mempunyai wawasan ke depan, serta semakin tidak populernya teori “timbulnya pemimpin karena dilahirkan”. Pemimpin tumbuh dan berkembang karena melalui proses pembinaan dan dimatangkan oleh lingkungan. Sistem pengkaderan di dalam suatu organisasi akan sangat tergantung dari besar kecilnya organisasi, lingkup atau bidang kegiatan yang menjadi misi pokok, sistem nilai yang dianut, serta eksistensi organisasi, apakah sementara atau jangka panjang..

Mahasiswa dengan sederet titel sosial mulai dari agent of change, agent of social control. Bahkan, menurut sebagian besar masyarakat menyebut mahasiswa adalah orang yang serba bisa, serba tahu berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat. Hal ini menjadikan mahasiswa sebagai kaum elit dan terhormat dibanding dengan kaum muda lainnya. Namun, sederet titel dan penghargaan terhadap mahasiswa teryata tidak semuanya berbuah manis serta sesuai dengan harapan. Kecuali disinergikan dengan softskill yang kita miliki. Softskill ini merupakan pembelajaran yang kita dapat dari organisasi mau pun pengalaman kerja. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan menginginkan tenaga kerja yang berpengalaman memanagerial.

Peran manusia dalam organisasi sangat penting, yaitu sebagai key position yang menentukan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan. Organisasi sebagai kumpulan tugas dan manusia pelaksananya harus berkualitas sehingga dapat mengemban visi dan misi dengan baik. Karena kemajuan organisasi ditentukan oleh pemimpinnnya, maka harus dipersiapkan secara matang melalui pengkaderan. Pengkaderan dapat dilakukan sejak awal dan terus dibina agar pada saatnya memegang tampuk pimpinan tidak mengecewakan dan tidak merugikan organisasi. Pengkaderan dapat dilakukan dengan memilih cara Barat yang liberal atau cara Jepang yang mengedepankan senioritas dan pengalaman. Indonesia sendiri, pada saat ini masih mencari bentuk pengkaderan pemimpin baik politik maupun bisnis. Perlu dikembangkan pemeliharaan dan pemahaman nilai-nilai spiritual yang dapat menjadi budaya organisasi termasuk di dalamnya pengkaderan dan penggantian. pemimpin organisasi. Pengkaderan dan penggantian adalah sesuatu yang wajar dan alami sehingga jika terjadi pergantian pemimpin dapat berjalan dengan lancar dan tidak perlu terjadi guncangan dalam organisasi. Pengkaderan pemimpin hendaknya dimulai sedini mungkin, sehingga siapa pun yang menduduki pemimpin dapat meneruskan tongkat komando kepemimpinan organisasi

1 komentar:

  • 10 Maret 2012 pukul 18.46
    Rahmi Imanda says:

    teman jangan lupa yah masukin link gunadarma. Sekarang kan sudah mulai softskill, sebagai salah satu mahasiswa gunadarma ayo donk masukin link gunadarmanya.
    di cek ya studentsitenya ada pengumumannya lho... :)
    www.studentsite.gunadarma.ac.id

    delete

Posting Komentar

 

POPOKSTUDENTS Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger